-->
Korea Selatan merupakan negara dengan curah hujan
cukup rendah dan tanah yang berbatu-batu sehingga hanya 22 % dari total luas
lahannya yang bisa diusahakan sebagai lahan pertanian. Musim tanam di
Korea Selatan juga sangat terbatas. Para petani hanya dapat menanam
sekali dalam semusim yaitu dari bulan Februari hingga Juni. Jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian Korea Selatan mengalami
penurunan yang cukup drastis. Pada tahun 1970 jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian mencapai 52.9 persen dari total jumlah penduduk yang bekerja, tetapi
pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian hanya 10.9 persen
dari total jumlah penduduk yang bekerja (Tabel 1). Dengan perkembangan
industri yang pesat pada tahun 1980-an, Korea Selatan berkembang dari
sebuah negara agraris menjadi negara industri yang maju sehingga
penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian mengalami penurunan.
Tabel 1. Penyerapan Tenaga Kerja oleh Sektor
Pertanian di Korea Selatan
Keterangan
|
1970
|
1980
|
1990
|
2000
|
Jumlah
Penduduk yang
Bekerja (000
org)
|
9167
|
13687
|
18085
|
21950
|
Sektor
Pertanian (000 org)
|
4846
(52.9%)
|
4654
(34.0%)
|
3237
(17.9%)
|
2288
(10.9%)
|
Sumber: Choe (2003)
Dengan keterbatasan-keterbatasan di atas, petani
Korea Selatan dituntut untuk meningkatkan produktivitas lahan mereka seoptimal
mungkin. Saat ini Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan teknologi
pertanian yang sudah maju. Untuk itu pemerintah menjalankan beberapa program,
seperti pembangunan infrastruktur desa, group farming, peningkatan
produksi ternak, kehutanan dan pemasaran bersama. Mesin penanam dan pemanen
padi juga mulai diperkenalkan. Bengkel-bengkel untuk pemeliharaan dan perbaikan
alat/mesin pertanian juga semakin banyak. Untuk mendukung perkembangan mekanisasi
pertanian, pemerintah juga menghapuskan sistem pajak untuk mesin-mesin
pertanian dan bahan bakar, serta menurunkan tingkat bunga pinjaman untuk
pembelian alat/mesin pertanian dari yang semula 10 persen menjadi 8 persen.
Pertanian di Korea Selatan bisa berkembang demikian
pesat karena adanya dukungan dari pemerintah dengan menyediakan bantuan
keuangan yang memadai untuk mensosialisasikan teknologi pertanian. Selain itu,
asosiasi petani di Korea Selatan memiliki kekuatan politik yang besar sehingga
bisa memaksa pemerintah melindungi kepentingan petani. Pendidikan dan
penelitian di Korea Selatan juga sangat berkembang karena anggaran pendidikan
yang besar dan reward yang tinggi bagi para peneliti sehingga ini menjadi salah
satu faktor pendukung perkembangan pertanian di Korea Selatan.
Tabel 2. Bantuan
Keuangan Pemerintah Korea Selatan untuk Mekanisasi Pertanian
miliar won
Keterangan
|
61-66
|
67-71
|
72-76
|
77-81
|
82-86
|
87-91
|
92-96
|
Dana Subsidi
|
0.5
|
4.6
|
1.9
|
6.1
|
130.8
|
173.6
|
1230.9
|
Dana Pinjaman
|
-
|
4.1
|
53.2
|
324.3
|
720.3
|
1351.1
|
1940
|
Total
|
0.5
|
8.7
|
55.1
|
330.4
|
851.1
|
1529.7
|
3171.4
|
Sumber: Choe (2003)
Pustaka:
Choe, K. J.
2003. 30 Years of Agricultural Mechanization in The Republic of Korea. Presentation
Paper at Second Session of Technical Advisory Committee (TAC) of the Asia and
Pasific Centre for Agricultural Engineering and Machinery. Beijing.
Komentar
Posting Komentar