Nike’s dream
diary, 9 Oktober 2011
“Hari ini aku bertemu dengan seorang petani.
Beliau sudah cukup tua, tetapi hal yang menarik bagiku adalah kesederhanaan dan
kepercayaan yang dimilikinya”
Petani di Indonesia
rata-rata adalah petani kecil. Petani yang memiliki lahan yang tidak begitu
luas dan mempunyai sifat subsisten (produksinya). Apabila aku memandang dari
beliau, aku bisa merasakan betapa beliau mempunyai pembawaan yang hangat dan
punya sifat menerima, bisa disebut bila dalam bahasa jawa “ nerimonan” artinya
beliau menerima apa yang diberikan dan tidak berbantahan.
Petani tersebut bernama
bapak Reso atau mbah Reso karena beliau sudah cukup tua atau sepuh (bahasa
jawa). Belaiau mengenakan kaos berkerah warna biru sapphire, celana pendek
berwarna hitam serta mengenakan topi seperti topi koboi berwarna hitam dan
sepeda ontel. Wajah beliau, seperti orang tua lainnnya cukup banyak keriput
tapi kulitnya putih dalam ukuran sebagai petani. Beliau datang ke rumah untuk
membeli alat perontok padi yang biasa disebut Erek. Beliau menempuh jarak
sekitar 5 km dengan sepeda ontel tuanya untuk bisa tiba dirumahku. Hwa, saat
berbicara dengan beliau, hatiku tersentuh karena bertemu dengan seorang petani yang sesederhana ini.
###
Kemudian aku
mempersilahkan beliau untuk duduk dan aku memberitahukan harga-harga dari erek
tersebut. Aku lantas menunjukkan harga yang sebenarnya yaitu Rp 420.000,00.
Harga tersebut merupakan harga pas dari erek yang berukuran besar. Kemudian
tanpa banyak menawar (seperti yang dilakukan banyak pembeli), beliau hanya
sekali bertanya “Apakah harganya tidak bisa Rp 400.000,00 saja ya mbak?”. Dalam
hatiku, kalau ini daganganku sendiri, bisnisku sendiri, bapak sudah pasti akan
aku diskon, dan karena ini bisnis juga punya orangtua dan orangtuapun hanya
menjualkan maka aku tidak bisa berbuat banyak kecuali taat dan patuh pada hal
yang sudah diatur.
####
Kemudian beliau
bertanya apakah bisa diantar ke rumah, dan akupun menjawab,” bisa bapak, nanti
dapat diantar oleh bapak saya, tinggal menambah ongkos ojek barang”.
Karena aku, tidak tahu
berapa ongkos ojek kirim barang ke alamat bapaknya oleh karena itu, aku
mengirim sms ke bapakku dan bertanya berapa ya ongkos ojeknya. Tidak berapa
lama, bapakku membalas sms dan total harganya Rp 440.000,00. Padahal aku ingin
memberikan harga akhir Rp. 420.000 sampai ke rumah beliau. Akhirnya aku bilang
sama bapakku, “bapak, beliau (yang beli) sudah sepuh, dan katanya rumahnya
dekat dari rumah kita, beneran 440?” (dalam hati, bapak tolong dikasih diskon
:’( ).
#####
Padahal beliau(bapak
petani) tadi sudah menyetujui harga Rp.440.000,00 tapi entah kenapa, mungkin
aku sudah tersentuh dengan beliau, bapak reso ini, sehingga rasanya ingin
memberikan diskon.
Tidak lama kemudian, beliau
mengeluarkan sekantong plastik yang berisikan uang, hal itu membuatku tambah
terharu. Di jaman yang sangat modern ini, ternyata masih ada orang yang
sesederhana ini, pribadi yang begitu sederhana. Kemudian beliau dengan
tersenyum ramah, beliau menjelaskan alamat rumahnya. Sambil mengisap rokoknya,
bapak tersebut kemudian bertanya ”dulu yang jual erek, bukannya pak Broto ya
mbak?”
Dan akupun menjawab
“iya bapak, saya cucunya pak Broto” dan beliau bercerita kalo beliau dulu kenal
sama eyangku (eyang Broto,,hehe) wah jadi kangen sama eyang :”(
Kemudian aku bertanya
“bapak, kesini naik apa? (walaupun aku tahu beliau naik ontel)
Dan beliau menjawab :
“Dengan sepeda ontel mbak, karena jaraknya tidak begitu jauh dari sini
(rumahku)”.
Dalam hati aku
bertanya; “bapak kok sendirian? Apakah tidak ada putra yang bisa mengantar?”
Walaupun dari
pandanganku, beliau ini meskipun sudah tua, tapi masih segar karena masih
terlihat sehat. Tapi satu hal, bapak kelihatan pecandu rokok sama persis dengan
eyangku.
Tidak lama kemudian,
beliau meyerahka uang sebesar Rp. 440.000,00 kepadaku dan akupun tidak tahu,
kenapa hatiku begitu berat.
Beliau berkata: ” mbak,
saya sudah percaya kok pasti diantar sampai ke rumah dan rumah saya mudah
dicari kok mbak”
Dan akupun menjawab: ”iya
bapak, sekali lagi mohon maaf ya karena besok pagi baru bisa diantar (karena
posisi bapak saya sedang pergi), beso biar dipilihkan erek yang paling bagus ya
pak”
Beliau kembali mengisap
rokonya dan kembali berkata” iya iya mbak, tidak apa-apa tolong dipilihkan ya,
saya percaya karena dulu sudah pernah bertemu dan dulu tetangga saya juga
diantarkan sampai ke rumah”
Dan tidak lama kemudian
beliau beranjak pulang dan dengan ramahnya beliau, kamipun bersalaman dan
beliau pulang dengan mengayuh sepeda ontelnya dan masih dapat menghisap rokok
yang ada ditangannya. Sungguh terkesan sekali aku dengan beliau, entah kenapa,
aku bisa begitu teringat dengan bapak reso tadi.
Semoga bapak sehat
selalu, dan ayoo pak terapkan pertanian organik ya (haha, karena aku kan
mahasiswa fakultas pertanian :”D) dan
aku berdoa semoga bapak reso diberkati selalu oleh Tuhan dan saya berharap bisa
bertemu bapak lagi. :”)
By: Cho_nike”s life
story
Komentar
Posting Komentar