Langsung ke konten utama

My first Snow



Seoul. 5 Desember 20XX. 

Sore itu jalanan dipenuhi dengan salju.  Orang-orang terus berjalan, diiringi jatuhnya butiran-butiran salju pertama dari langit. Salju yang turun dengan lembut tidak menghentikan aktivitas orang-orang sedikitpun. Mereka terus berjalan dan bahkan ada yang berlari untuk mengejar bus yang hampir berangkat. Tidak peduli sedingin apa suhu udara saat itu. Tampak pula beberapa pasangan kekasih yang terlihat bergandengan tangan dan menikmati salju yang turun. Ada sebuah kepercayaan di Korea bahwa pasangan kekasih yang sedang bersama pada saat salju pertama turun maka mereka akan bahagia bersama selamanya. Seoul kota yang sibuk, kota yang penuh dengan aktivitas, romantisme dan saat itu merupakan kota putih bersalju. Kota yang kala itu dihiasai ornamen-oranamen untuk menyambut Natal putih yang anggun.
Deen terus berjalan di bawah hujan salju yang dingin. Baginya butiran salju adalah suatu berkat yang tak ternilai seperti bintang yang berjatuhan. Salju pertama yang menyambut kedantangan pertamanya di Seoul. Dengan senyum yang penuh pengharapan, Deen tetap melangkahkan kakinya dengan pasti. Salju dan hembusan angin dingin yang terus mengikuti gerakan tubuh Deen.
*****
Deen adalah seorang perempuan muda yang penuh dengan ambisi. Salah satu ambisinya adalah mengejar mimpinya di Seoul. Entah apa yang Deen pikirkan saat itu sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan keluarga, pekerjaan, kerabat, sahabat dan negaranya untuk pergi ke negara impiannya Korea Selatan. Tidak ada sanak keluarga ataupun orang yang Deen kenal di Seoul. Deen hanya bermodalkan doa orangtua, sedikit tabungan selama 2 tahun bekerja dan gumpalan keberanian yang siap ia pergunakan untuk hidup di Seoul serta pekerjaaan baru yang segera Deen hadapi.
Deen berangkat ke Seoul bukan sebagai seorang yang naïf. Ia mempunyai rencana yang telah ia persiapkan sebelumnya. Sejak berada di bangku Kuliah dia telah banyak menghayalkan dan memimpikan untuk berpetualang di Korea Selatan. Dan saat inilah, kesempatan yang Tuhan beri kepada Deen untuk mewujudkannya.
Ketika Deen masih bekerja di suatu perusahaan yang bergerak dalam dunia perBankan dia terus mencari peluang untuk mewujudkan mimpinya. Dihimpit dengan kesibukan bekerja sebagai back office staff di salah satu Bank yang bonafit di Indonesia mengharuskan ia sering pulang malam. Walaupun demikian, Deen tetap bisa mencuri waktu disela-sela waktu kerjanya untuk mengorek informasi tentang negeri Gingseng.
Sampai pada suatu waktu, ketika jam istirahat kantor kala itu. Deen membuka website kedutaan besar Korea Selatan di Indonesia yang membuka lowongan pekerjaan bagi pria/wanita yang siap bekerja di Kedutaan Indonesia di Korea Selatan. Deen langsung bersemangat dan ia bertekat untuk mencoba mengikuti testnya. Ternyata banyak sekali  pelamar yang mendaftar sekitar 200an orang. Sedangkan kebutuhan staff hanya 1 orang saja. Rangkaian tes seleksi recruitment cukup padat dan melelahkan pikiran. Mulai dari test psikologi, potensi akademik, tes kesehatan, wawancara dengan staff personalia dan wawancara pihak atasan. Deen tidak pernah berpikir bahwa serangkain test itu dapat ia lewati dan yang Deen yakini itu adalah karya Anugrah Tuhan untuk hidup Deen.
***
Tepat musim dingin mulai berjalan, Deen tiba di Seoul. Hawa dingin kala itu mampu menembus kulit yang sudah dibalut berlapis-lapis pakaian hangat. “Dingin” kata yang langsung terucap ketika ia keluar dari Bandara International Incheon. Hal itu adalah pertama kali baginya merasakan suhu udara yang sedingin itu, “seperti masuk ke dalam Fresserr”  gumamnya.
Di Negara tempat  Deen dilahirkan, hanya terjadi dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Tetapi persiapannya untuk menyambut hawa dingin sudah sangat baik. Ia sudah mempersiapkan pakaian hangat, jas, syal serta sepatu boot seperti orang yang sudah biasa dengan musim dingin bersalju.
“annyeonghaseyo Seoul.. Aku Disiniii,……..yeeee!!!!!!!!! Bersahabatlah denganku”
Kalimat itu merupakan kalimat yang pertama kali Deen ucapkan ketika ia turun bis Kedutaan yang mengantarnya dari bandara. Terlihat kekanak-kanakan karena ia berbicara dengan cukup keras. Tidak heran pula beberapa orang disekitar Deen dan seorang staff kedutaan hanya terkejut melihat ulah Deen. Saat itu pukul 14.00 waktu Korea. Ia harus segera menuju ke penginapan/kos sementara. Deen mendapatkan tempat kos dengan fasilitas yang lengkap dengan dapur dan kamar mandi dalam berkat bantuan seorang staff kedutaan. Deen harus  menyewa tempat kos untuk beberapa saat karena asrama untuk staff Kedutaan sedang dalam masa renovasi. Hal itu tidaklah masalah untuk Deen, toh semua biaya sewa ditanggung oleh pihak kedutaan.
Tempat kos dapat dicapai dengan jalan kaki dari tempat berhentinya bis tadi. Deen berjalan menyusuri gang-gang kecil yang berderet rumah bertipe  Hanok. Deen hendak membuat suatu foto jejak perjalanan dirinya melangkahkan kaki pertama kali di Seoul. Kamera yang ia pegang di tangan kanannya terus-menerus aktif memotret setiap bagian jalan yang ia lewati. Sedang tangan kirinya sibuk menarik koper besar yang ia bawa. Sungguh ia sangat terkagum-kagum dengan keindahan kota itu. Kota dimana ia akan tinggal untuk beberapa waktu yang tidak dapat ia tebak kapan berakhirnya. Deen berjalan beriringan dengan seorang staff kedutaan yang bernama Citra. Citra adalah staff yang nantinya Deen gantikan posisinya, karena Citra berniat untuk mengundurkan diri karena dia akan menikah dan pulang ke Indonesia. Citra sudah bekerja selama hampir 3 tahun di Kedutaan Indonesia untuk Korea Selatan. Citra berusia 3 tahun lebih tua dari Deen dan ia sangat ramah. Sambil terus mengobrol dengan Citra, Deen terus saja memotret dan berjalan dengan penuh semangat.
Sekitar 10 menit sampailah Deen di rumah kos. Rumah kos tersebut satu komplek dengan beberapa staff kedutaan yang tinggal untuk sementara waktu selama proses renovasi asrama. Saat itu kos masih sangat sepi, tidak satupun penghuni kos yang Deen lihat. Ya pantas, karena saat itu masih jam kerja dan para staff masih berada di kantor. Ada 3 pegawai perempuan dan 4 pegawai laki-laki dalam satu kos karena rumah kos tersebut cukup besar.
Citra mengulurkan sebuah kunci kamar kepada Deen. Kemudian Deen masuk ke dalam kamarnya, kamar baru, kamar yang asing baginya. Sempat terlintas, sebuah pertanyaan dibenak Deen “apakah aku akan betah disini?” karena tiba-tiba Deen teringat kamarnya yang nyaman di rumahnya.
Deen membuka kopernya dan Citra turut membantu Deen menata barang-barang Deen. Setelah lama merapikan barang-barang dari koper. Citra mengajak Deen keluar untuk makan siang, padahal saat itu sudah pukul 18.00 waktu korea. Sungguh Deen belum merasakan lapar, mungkin karena suasana hatinya yang senang. Tapi malam itu salju turun cukup lebat, dibukanyalah payung yang siap menaungi Deen dan Citra mencari pengisi perut. Beberapa menit  berjalan, mata Deen tertarik pada sebuah tenda kecil yang penuh dengan makanan berwarna merah terlihat kabulan asap panasnya dan sekerumunan orang korea, yaa itu adalah warung kecil Tteobokki. Tteobokki adalah kue beras pedas yang merupakan jajanan pinggiran jalan di Korea selatan. Deen pernah mencobanya di Indonesia bahkan ia pernah mencoba untuk membuatnya sendiri. Tetapi malam itu, Deen merasakan Tteobokki yang original korea selatan. Rasanya pedas, empuk tetapi menurutnya agak kurang garam. Tapi ia dan Citra sangat menikmatinya karena membawa kehangatan bagi tubuh mereka dan pengganjal rasa lapar yang tiba-tiba muncul.
***
Deen berada di atas bed barunya. Nyaman rasanya tetapi ada sesuatu hal yang mengganggu pikirannya yang membuat Deen urung memejamkan mata. Deen teringat perkataan ibunya sebelum Deen terbang ke Korea. Ibu Deen berkata bahwa Deen harus segera memikirkan pernikahan. Saat ini Deen berusia 25 tahun. Umur dimana seorang perempuan Indonesia seharusnya menikah. Tetapi tidak lama kemudian Deen mengalihkan pikirannya kepada hal yang ada didepannya yaitu esok hari. Bekerja adalah aktivitas hari kedua Deen. Dia akan mulai bekerja di kantor kedutaan. Hari yang sangat mendebarkan dan terlalu cepat untuk tiba karena Deen baru sampai di Seoul siang itu dan harus bekerja esok harinya.
Hari pertama bekerja. Pukul 05.00 pagi waktu korea, Deen bangun dan mulai berdoa pagi serta renungan pagi pribadi. Satu jam kemudian terdengar ketokan pintu dari kamar Deen. Citra membangunkan Deen untuk segera bersiap-siap karena pukul 07.30 pagi, berangkat ke kantor. Menuju hari pertama kerja benar-benar membuat Deen gugup bukan main. Ia bahkan tidak selera untuk sarapan pagi bersama rekan-rekan kantor satu kosnya. Salah satu rekan menyelutuk lelucon untuk membuat Deen tenang tetapi hanya ditanggapi Deen dengan senyuman tipis.
Deen dan rekan-rekan kantor satu kos menuju kantor dengan berjalan kaki menuju setlle bus terdekat kurang lebih 10 menit. Sampailah Deen di kantor Kedutaan Indonesia. Annyeonghaseyo, sapaan yang Deen lontarkan kepada petugas security yang asing dengan wajah Deen. Tak lama kemudian Deen disambut oleh  seorang pria dewasa layak disapa Bapak karena lebih dewasa dari Deen dan seumuran dengan paman Deen. Bapak tersebut ternyata atasan Deen. Beliau merupakan kepala bidang dimana Deen ditempatkan. Deen diberikan penjelasan mengenai pekerjaannya kembali dan memperoleh kesempatan pula untuk bertemu dengan Bapak Duta Besar. Wah benar-benar hari pertama yang luar biasa dag dig dugnya. Kemudian, Deen berkenalan dengan rekan kerja Deen lainnya yang tidak satu kos. Semua staff berasal dari Indonesia. Yah benar karena ini Kantor Kedubes Indonesia. Deen pikir ia akan sekantor dengan orang korea asli. Ternyata perkiraan Deen salah. Walaupun ia bekerja di Korsel tetap saja ia akan sering bertemu dengan orang Indonesia.
***
Perjalanan menuju Settle Bus. Suatu malam di bulan Desember yang dingin dan bersalju, Deen pulang kerja cukup larut. Banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan hingga dia harus lembur padahal ia baru bekerja selama 10 hari. Deen terus berjalan melewati bangunan-bangnuan perbelanjaan yang ramai memadati pinggiran jalan/trotoar kota Seoul. Trotoar di Seoul memang sangat rapi dan teratur karena jalan kaki merupakan salah satu hal yang setiap hari  dilakukan baik para pegawai, pelajar, pelancong dan warga lainnya. Deen terus melangkahkan kakinya  ditengah keramaian malam. Suara mesin dan klason mobil, suara orang berbincang-bincang, suara ahjumma yang sedang menawarkan dagangannya dan suara riuh lainnya yang melengkapi malam kala itu.
Deen cukup letih sehingga ia berjalan dengan lambat menuju settle bus yang berjarak sekitar 700 meter dari kantor. Dia tidak memikirkan banyak hal, hanya saja Deen ingin segera tiba di kamar kos dan tidur. Sampai pada suatu saat ditengah perjalanan ia berpapasan dengan seorang pria dari arah yang berlawanan dari arah dia berjalan. Pria korea dengan perawakan tinggi, mata sipit, tubuh sedang dan tidak gemuk, mengenakan hem berdasi yang sudah tidak rapi lagi dan memegang jas ditangan kanannya. Terlihat dari kejauhan dia tampak lelah pula. Muncul dalam pikiran Deen : “apakah si Pria itu tidak kedinginan? Pekerjaannya apa? Apakah ia sudah menikah?” Dan Deen terus memperhatikan dengan seksama Pria yang terus berjalan tersebut. Tetapi pada akhirnya Pria tersebut juga balas melihat Deen yang kala itu sedang memperhatikan si pria. Spontan Deen langsung mengalihkan penglihatannya karena malu. Mungkin si Pria merasa ada mata-mata yang memperhatikannya.
Dalam sekejap, Pria itu sudah berada di balik Deen. Waktu sangat cepat berjalan dan pria itupun mulai tidak terlihat lagi. Tetapi salju terus saja turun mengiri perjalanan yang saling berlawanan arah antara Deen dan pria itu. Itulah pertama kali Deen bertemu dengannya. Pria yang hanya dalam hitungan detik mampu mengalihkan perhatiannya dari rasa letih yang ia rasakan.

P.S; Note writer/author:
To be continue…. Mencari inspirasi lagi  --(-^^-)—ini karya tulisan pertama saya dengan cerita pendek yang memang pendek ^^ ditulis dalam rangka mengisi waktu luang untuk menghasilkan sebuah karya daripada hanya melamun dan tidur saja.. selain itu ide cerita muncul ketika saya merenungkan impian saya ke Korea dan  saat itu hujan turun,,dingin sekali saya bayangkan seperti salju yang turun. Simple dan apa adanya dan banyak kekurangan-kekurangan.
Terinspirasi pula oleh foto di atas dan film hello goodbye yang 29 nov lalu saya tonton ..…
fighting!!!!! God Bless

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkebunan Jeruk di Pulau Jeju Korea Selatan

Drama, Film Korea, MV merupakan salah satu sarana yang dapat memperkenalkan budaya bangsa korea beserta keindahannya. Setelah banyaaaak sekali aku menonton drama korea, film, mv, cf dll itu aku jadi tau tempat-tempat atau hal-hal yang menarik khususnya berkaitan dengan tempat wisata di korea selatan. Oleh sebab itu pula, muncul keinginan untuk menulis salah satu lokasi yaitu perkebunan jeruk di Pulau Jeju. Kalo dari drama korea yang pernah kutonton dan masih kuingat banyak yang menjadikan perkebunan jeruk di Jeju ini sebagai lokasi syuting tapi agak lupa dramanya Tamra The Island,  Loving You, My Girl, lupaa.. XD Lepas dari drama korea, ketertarikanku menulis judul ini karena jarang sekali ada blog yang bahas soal pertanian di korea selatan, padahal seru lo karena pertanian memang seru dan tidak ada habisnya untuk dibahas.  Selain itu Korea Selatan ga hanya identik dengan K-POPnya aja, karena banyak hal menarik lain dan karena aku seorang lulusan pertanian jadi aku sangat passion n

"Azalea" Flower si Korean Poetry

Beauty : Azalea Flower Sempat berjodoh dengan Azalea flower : Aku baru menyadari kalau sebelumnya pernah melihat bunga ini di Kota Batu saat aku magang  dan bahkan aku sempat membawa benihnya (biji yang aku ambil langsung darii bunga) kubawa pulang dan kutanam di rumah. 4 hari kemudian mulai tumbuh tunasnya.  S aat itu aku tertarik menanam bunga itu di rumah karena sungguh terpesona dengan cantiknya si Azalea yang saat itu aku lihat tumbuh secara liar, terlihat sangat kuat dan indah walau dipinggir jalan. Aku pelihara tetapi kenapa semakin rapuh saja??? mungkin tidak cocok cuacanya,.Di daerah aku mengambilnya (Kota Batu Malang) cuaca cenderung sejuk dingin dan sinar matahari tidak tinggi seperti daerah tempat tinggalku. Selain itu, mungkin tanah dalam pot sudah tidak subur :/ . Oeh karena itu, cukup sedih ketika aku harus melihat bahwa si Azaleaku rapuh dan mati. (haha dan kayaknya kurang perawatan cz aku sering lupa :D) Kebetulannya