Sore itu jalanan dipenuhi
dengan salju. Orang-orang terus
berjalan, diiringi jatuhnya butiran-butiran salju pertama dari langit. Salju
yang turun dengan lembut tidak menghentikan aktivitas orang-orang sedikitpun.
Mereka terus berjalan dan bahkan ada yang berlari untuk mengejar bus yang
hampir berangkat. Tidak peduli sedingin apa suhu udara saat itu. Tampak pula
beberapa pasangan kekasih yang terlihat bergandengan tangan dan menikmati salju
yang turun. Ada sebuah kepercayaan di Korea bahwa pasangan kekasih yang sedang bersama pada
saat salju pertama turun maka mereka akan bahagia bersama selamanya. Seoul kota
yang sibuk, kota yang penuh dengan aktivitas, romantisme dan saat itu merupakan
kota putih bersalju. Kota yang kala itu dihiasai ornamen-oranamen untuk
menyambut Natal putih yang anggun.
Deen terus berjalan di
bawah hujan salju yang dingin. Baginya butiran salju adalah suatu berkat yang
tak ternilai seperti bintang yang berjatuhan. Salju pertama yang menyambut
kedantangan pertamanya di Seoul. Dengan senyum yang penuh pengharapan, Deen tetap
melangkahkan kakinya dengan pasti. Salju dan hembusan angin dingin yang terus
mengikuti gerakan tubuh Deen.
*****
Deen adalah seorang
perempuan muda yang penuh dengan ambisi. Salah satu ambisinya adalah mengejar
mimpinya di Seoul. Entah apa yang Deen pikirkan saat itu sehingga ia memutuskan
untuk meninggalkan keluarga, pekerjaan, kerabat, sahabat dan negaranya untuk
pergi ke negara impiannya Korea Selatan. Tidak ada sanak keluarga ataupun orang
yang Deen kenal di Seoul. Deen hanya bermodalkan doa orangtua, sedikit tabungan
selama 2 tahun bekerja dan gumpalan keberanian yang siap ia pergunakan untuk
hidup di Seoul serta pekerjaaan baru yang segera Deen hadapi.
Deen berangkat ke Seoul
bukan sebagai seorang yang naïf. Ia mempunyai rencana yang telah ia
persiapkan sebelumnya. Sejak berada di
bangku Kuliah dia telah banyak menghayalkan dan memimpikan untuk berpetualang
di Korea Selatan. Dan saat inilah, kesempatan yang Tuhan beri kepada Deen untuk
mewujudkannya.
Ketika Deen masih bekerja
di suatu perusahaan yang bergerak dalam dunia perBankan dia terus mencari
peluang untuk mewujudkan mimpinya. Dihimpit dengan kesibukan bekerja sebagai back office staff di salah satu Bank
yang bonafit di Indonesia mengharuskan ia sering pulang malam. Walaupun
demikian, Deen tetap bisa mencuri waktu disela-sela waktu kerjanya untuk
mengorek informasi tentang negeri Gingseng.
Sampai pada suatu waktu,
ketika jam istirahat kantor kala itu. Deen membuka website kedutaan besar Korea Selatan di Indonesia yang membuka
lowongan pekerjaan bagi pria/wanita yang siap bekerja di Kedutaan Indonesia di Korea
Selatan. Deen langsung bersemangat dan ia bertekat untuk mencoba mengikuti
testnya. Ternyata banyak sekali pelamar
yang mendaftar sekitar 200an orang. Sedangkan kebutuhan staff hanya 1 orang
saja. Rangkaian tes seleksi recruitment
cukup padat dan melelahkan pikiran. Mulai dari test psikologi, potensi
akademik, tes kesehatan, wawancara dengan staff personalia dan wawancara pihak
atasan. Deen tidak pernah berpikir bahwa serangkain test itu dapat ia lewati
dan yang Deen yakini itu adalah karya Anugrah Tuhan untuk hidup Deen.
***
Tepat musim dingin mulai
berjalan, Deen tiba di Seoul. Hawa dingin kala itu mampu menembus kulit yang
sudah dibalut berlapis-lapis pakaian hangat. “Dingin” kata yang langsung terucap ketika ia keluar dari Bandara
International Incheon. Hal itu adalah pertama kali baginya merasakan suhu udara
yang sedingin itu, “seperti masuk ke
dalam Fresserr” gumamnya.
Di Negara tempat Deen dilahirkan, hanya terjadi dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Tetapi persiapannya untuk menyambut hawa
dingin sudah sangat baik. Ia sudah mempersiapkan pakaian hangat, jas, syal
serta sepatu boot seperti orang yang sudah biasa dengan musim dingin bersalju.
“annyeonghaseyo
Seoul.. Aku Disiniii,……..yeeee!!!!!!!!! Bersahabatlah denganku”
Kalimat itu merupakan
kalimat yang pertama kali Deen ucapkan ketika ia turun bis Kedutaan yang
mengantarnya dari bandara. Terlihat kekanak-kanakan karena ia berbicara dengan
cukup keras. Tidak heran pula beberapa orang disekitar Deen dan seorang staff
kedutaan hanya terkejut melihat ulah Deen. Saat itu pukul 14.00 waktu Korea. Ia
harus segera menuju ke penginapan/kos sementara. Deen mendapatkan tempat kos
dengan fasilitas yang lengkap dengan dapur dan kamar mandi dalam berkat bantuan
seorang staff kedutaan. Deen harus
menyewa tempat kos untuk beberapa saat karena asrama untuk staff
Kedutaan sedang dalam masa renovasi. Hal itu tidaklah masalah untuk Deen, toh
semua biaya sewa ditanggung oleh pihak kedutaan.
Tempat kos dapat dicapai
dengan jalan kaki dari tempat berhentinya bis tadi. Deen berjalan menyusuri
gang-gang kecil yang berderet rumah bertipe Hanok.
Deen hendak membuat suatu foto jejak perjalanan dirinya melangkahkan kaki
pertama kali di Seoul. Kamera yang ia pegang di tangan kanannya terus-menerus
aktif memotret setiap bagian jalan yang ia lewati. Sedang tangan kirinya sibuk
menarik koper besar yang ia bawa. Sungguh ia sangat terkagum-kagum dengan
keindahan kota itu. Kota dimana ia akan tinggal untuk beberapa waktu yang tidak
dapat ia tebak kapan berakhirnya. Deen berjalan beriringan dengan seorang staff
kedutaan yang bernama Citra. Citra adalah staff yang nantinya Deen gantikan
posisinya, karena Citra berniat untuk mengundurkan diri karena dia akan menikah
dan pulang ke Indonesia. Citra sudah bekerja selama hampir 3 tahun di Kedutaan
Indonesia untuk Korea Selatan. Citra berusia 3 tahun lebih tua dari Deen dan ia
sangat ramah. Sambil terus mengobrol dengan Citra, Deen terus saja memotret dan
berjalan dengan penuh semangat.
Sekitar 10 menit sampailah
Deen di rumah kos. Rumah kos tersebut satu komplek dengan beberapa staff
kedutaan yang tinggal untuk sementara waktu selama proses renovasi asrama. Saat
itu kos masih sangat sepi, tidak satupun penghuni kos yang Deen lihat. Ya
pantas, karena saat itu masih jam kerja dan para staff masih berada di kantor. Ada
3 pegawai perempuan dan 4 pegawai laki-laki dalam satu kos karena rumah kos
tersebut cukup besar.
Citra mengulurkan sebuah
kunci kamar kepada Deen. Kemudian Deen masuk ke dalam kamarnya, kamar baru,
kamar yang asing baginya. Sempat terlintas, sebuah pertanyaan dibenak Deen “apakah aku akan betah disini?” karena
tiba-tiba Deen teringat kamarnya yang nyaman di rumahnya.
Deen membuka kopernya dan
Citra turut membantu Deen menata barang-barang Deen. Setelah lama merapikan
barang-barang dari koper. Citra mengajak Deen keluar untuk makan siang, padahal
saat itu sudah pukul 18.00 waktu korea. Sungguh Deen belum merasakan lapar,
mungkin karena suasana hatinya yang senang. Tapi malam itu salju turun cukup
lebat, dibukanyalah payung yang siap menaungi Deen dan Citra mencari pengisi
perut. Beberapa menit berjalan, mata
Deen tertarik pada sebuah tenda kecil yang penuh dengan makanan berwarna merah terlihat
kabulan asap panasnya dan sekerumunan orang korea, yaa itu adalah warung kecil Tteobokki. Tteobokki adalah kue beras pedas yang merupakan jajanan pinggiran
jalan di Korea selatan. Deen pernah mencobanya di Indonesia bahkan ia pernah
mencoba untuk membuatnya sendiri. Tetapi malam itu, Deen merasakan Tteobokki
yang original korea selatan. Rasanya
pedas, empuk tetapi menurutnya agak kurang garam. Tapi ia dan Citra sangat
menikmatinya karena membawa kehangatan bagi tubuh mereka dan pengganjal rasa
lapar yang tiba-tiba muncul.
***
Deen berada di atas bed barunya. Nyaman rasanya tetapi ada
sesuatu hal yang mengganggu pikirannya yang membuat Deen urung memejamkan mata.
Deen teringat perkataan ibunya sebelum Deen terbang ke Korea. Ibu Deen berkata
bahwa Deen harus segera memikirkan pernikahan. Saat ini Deen berusia 25 tahun.
Umur dimana seorang perempuan Indonesia seharusnya menikah. Tetapi tidak lama
kemudian Deen mengalihkan pikirannya kepada hal yang ada didepannya yaitu esok
hari. Bekerja adalah aktivitas hari kedua Deen. Dia akan mulai bekerja di
kantor kedutaan. Hari yang sangat mendebarkan dan terlalu cepat untuk tiba
karena Deen baru sampai di Seoul siang itu dan harus bekerja esok harinya.
Hari pertama bekerja.
Pukul 05.00 pagi waktu korea, Deen bangun dan mulai berdoa pagi serta renungan
pagi pribadi. Satu jam kemudian terdengar ketokan pintu dari kamar Deen. Citra
membangunkan Deen untuk segera bersiap-siap karena pukul 07.30 pagi, berangkat
ke kantor. Menuju hari pertama kerja benar-benar membuat Deen gugup bukan main.
Ia bahkan tidak selera untuk sarapan pagi bersama rekan-rekan kantor satu
kosnya. Salah satu rekan menyelutuk lelucon untuk membuat Deen tenang tetapi
hanya ditanggapi Deen dengan senyuman tipis.
Deen dan rekan-rekan
kantor satu kos menuju kantor dengan berjalan kaki menuju setlle bus terdekat
kurang lebih 10 menit. Sampailah Deen di kantor Kedutaan Indonesia. Annyeonghaseyo, sapaan yang Deen
lontarkan kepada petugas security yang asing dengan wajah Deen.
Tak lama kemudian Deen disambut oleh seorang
pria dewasa layak disapa Bapak karena
lebih dewasa dari Deen dan seumuran dengan paman Deen. Bapak tersebut ternyata
atasan Deen. Beliau merupakan kepala bidang dimana Deen ditempatkan. Deen
diberikan penjelasan mengenai pekerjaannya kembali dan memperoleh kesempatan
pula untuk bertemu dengan Bapak Duta Besar. Wah benar-benar hari pertama yang
luar biasa dag dig dugnya. Kemudian, Deen
berkenalan dengan rekan kerja Deen lainnya yang tidak satu kos. Semua staff
berasal dari Indonesia. Yah benar karena ini Kantor Kedubes Indonesia. Deen
pikir ia akan sekantor dengan orang korea asli. Ternyata perkiraan Deen salah.
Walaupun ia bekerja di Korsel tetap saja ia akan sering bertemu dengan orang
Indonesia.
***
Perjalanan menuju Settle
Bus. Suatu malam di bulan Desember yang dingin dan bersalju, Deen pulang kerja
cukup larut. Banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan hingga dia harus lembur
padahal ia baru bekerja selama 10 hari. Deen terus berjalan melewati bangunan-bangnuan
perbelanjaan yang ramai memadati pinggiran jalan/trotoar kota Seoul. Trotoar di
Seoul memang sangat rapi dan teratur karena jalan kaki merupakan salah satu hal
yang setiap hari dilakukan baik para
pegawai, pelajar, pelancong dan warga lainnya. Deen terus melangkahkan
kakinya ditengah keramaian malam. Suara
mesin dan klason mobil, suara orang berbincang-bincang, suara ahjumma yang
sedang menawarkan dagangannya dan suara riuh lainnya yang melengkapi malam kala
itu.
Deen cukup letih sehingga
ia berjalan dengan lambat menuju settle bus yang berjarak sekitar 700 meter
dari kantor. Dia tidak memikirkan banyak hal, hanya saja Deen ingin segera tiba
di kamar kos dan tidur. Sampai pada suatu saat ditengah perjalanan ia berpapasan
dengan seorang pria dari arah yang berlawanan dari arah dia berjalan. Pria
korea dengan perawakan tinggi, mata sipit, tubuh sedang dan tidak gemuk,
mengenakan hem berdasi yang sudah tidak rapi lagi dan memegang jas ditangan
kanannya. Terlihat dari kejauhan dia tampak lelah pula. Muncul dalam pikiran
Deen : “apakah si Pria itu tidak
kedinginan? Pekerjaannya apa? Apakah ia sudah menikah?” Dan Deen terus
memperhatikan dengan seksama Pria yang terus berjalan tersebut. Tetapi pada
akhirnya Pria tersebut juga balas melihat Deen yang kala itu sedang
memperhatikan si pria. Spontan Deen langsung mengalihkan penglihatannya karena
malu. Mungkin si Pria merasa ada mata-mata yang memperhatikannya.
Dalam sekejap, Pria itu
sudah berada di balik Deen. Waktu sangat cepat berjalan dan pria itupun mulai
tidak terlihat lagi. Tetapi salju terus saja turun mengiri perjalanan yang saling
berlawanan arah antara Deen dan pria itu. Itulah pertama kali Deen bertemu
dengannya. Pria yang hanya dalam hitungan detik mampu mengalihkan perhatiannya dari
rasa letih yang ia rasakan.
P.S;
Note writer/author:
To
be continue…. Mencari inspirasi lagi
--(-^^-)—ini karya tulisan pertama saya dengan cerita pendek yang memang pendek ^^ ditulis dalam
rangka mengisi waktu luang untuk menghasilkan sebuah karya daripada hanya
melamun dan tidur saja.. selain itu ide cerita muncul ketika saya merenungkan impian
saya ke Korea dan saat itu hujan turun,,dingin
sekali saya bayangkan seperti salju yang turun. Simple dan apa adanya dan banyak kekurangan-kekurangan.
Terinspirasi pula oleh foto di atas dan film hello goodbye yang 29 nov lalu saya tonton ..…
fighting!!!!! God Bless
Komentar
Posting Komentar