Langsung ke konten utama

Perbedaan Bahasa Korea Selatan dan Korea Utara

Annyeong all ^^….
Nike”s dream diary kali ini mau bagiin ni tulisan-tulisan yang tentu layak untuk dibaca dan nambah pengetahuan. Lagi-lagi, aku mo bagiin info yang tentunya selalu ada hubungannya dengan korea selatan….”saranghae”^^. Hal yang selalu membuatku tertarik adalah korea selatan. Mungkin aku sudah terlalu suka, cinta ma Negara itu: Negara Impian. Bukan berarti aku ga cinta Indonesia yaaa!. Malah sebaliknya tetap cinta ma Indonesia >.<. impianku lagi nih, kalo aku bisa berada di korea selatan tentu saja nih aku mo mereka(warga korea) kenal tau paham dan suka juga Indonesia. Jadi adil kan, langsung aja ni aku share artikelnya ….

Bagi yang minat belajar bahasa korea, wajib baca ya..#?!!?#….
########
Perbedaan antara Korea Utara and Korea Selatan, tak hanya soal politik dan ekonomi. Bahasa kedua Korea itu juga tak sama. Sejak kedua negara itu pecah lebih dari enam puluh tahun yang lalu, dialek bahasa mereka berubah. Alhasil, ribuan pengungsi asal Korea Utara yang menetap di negeri Ginseng kurang mengerti bahasa setempat. Jason Strother menyoroti masalah ini dari Seoul.
Chae Su Jeong semula tak berniat menjadi pengungsi. Pada 2001, ia dan anak laki-lakinya yang masih kecil, mendapatkan surat dari sang suami yang hilang di Cina, beberapa tahun sebelumnya. Ia meminta mereka datang mengunjunginya, dan membayar beberapa calo untuk mengeluarkan mereka dari Korea Utara. Setelah melintasi perbatasan, mereka diberikan paspor palsu dan naik pesawat yang mereka pikir menuju kota Dalian, Cina. Chae mengatakan sempat shok ketika pesawat itu mendarat di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan. “Waktu itu hati saya cepat berdebar. Ketika saya sadar pesawat mendarat di Korea Selatan, saya ingin langsung pulang lagi ke Korea Utara. Saya tidak berbicara kepada siapapun selama 20 hari. Setelah itu, saya menerima keadaan ini, demi anak laki-laki saya. Saya berpikir suami saya akan mengambil dia kalau saya memaksa untuk kembali ke Korea Utara.”
Tapi kini, ia tak menyesali keputusannya. Seperti 15 ribu warga Korea Utara lainnya yang membelot ke Korea Selatan, Chae menuturkan awalnya kaget melihat begitu banyak mobil dan tv berlayar besar. Ia bahkan heran melihat banyaknya mesin ATM. Chae menceritakan meski bisa cepat beradaptasi dengan hal-hal itu, ia belum bisa lancer berkomunikasi dengan warga setempat. Ia menuturkan tak menyadari betapa berbeda bahasa Korea Utara dan Korea Selatan, setelah ia bekerja di perusahaan daur ulang. Kata dia, dalam bahasa Korea Utara hanya ada satu kata untuk menyebut segala macam kertas. Tapi di sini ada banyak kata. Ia malu ketika tak mengerti apa yang dibicarakan teman-teman sekerjanya. Bahasa Korea Utara, seperti bangsanya sendiri, sudah ketinggalan zaman. Pasalnya, negeri itu masih menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tak lagi dipakai oleh warga Korea Selatan, dan maknanya pun sudah berbeda. Contohnya, orang Korea Utara menggunakan kata ben-tu untuk menyebut kotak makan. Kata ini memang digunakan di seluruh semenanjung Korea pada awal abad ke-20. Tapi kini, istilah itu sudah berubah menjadi to-shi-rak di Korea Selatan. Lainnya adalah ungkapan  “Il Op Sum Ni Da” yang berarti baik-baik saja. Di Korea Utara, ini adalah respon yang umum ketika seseorang menanyakan Apa kabar hari ini? Tapi di Korea Selatan, bila menggunakan frase ini dengan orang tertentu, maka punya konotasi yang tak sopan atau bisa bermakna berarti ‘pergi sana.’ Para pengungsi paling sulit beradaptasi dengan bahasa. Itu menurut Ko Gyoung Bin, direktur Hanowon, badan pemerintah Korea Selatan yang memberikan bimbingan bagi para pembelot yang baru tiba di negeri itu, supaya bisa beradaptasi dengan dunia kapitalis. Mereka mencoba mengajarkan istilah yang baru lewat buku-buku pelajaran. Kata Ko, mereka juga diminta menonton film-film Korea Selatan supaya bisa belajar menggunakan bahasa itu. Ia menambahkan, Hanowon bahkan mempekerjakan mereka yang baru sebentar tinggal di Korea Selatan, supaya bisa membantu menterjemahkan.
Dialek daerah memang ada di seluruh Korea, jadi masalah perbedaan daerah tak telalu mempengaruhi perbedaan dalam bahasa kedua negeri itu. Seperti aspek lainnya dalam kehidupan Korea Utara, bahasa telah dimanipulasi untuk memuji para pemimpin negeri itu. Kim Seok Hyang dosen di Jurusan Studi Unifikasi Korea. Ia telah menulis buku soal bagaimana warga Korea Utara menggunakan bahasa mereka. Kim memberikan contoh kata yang kini punya makna yang berbeda, sejak Semenanjung Korea pecah. “Dalam bahasa Korea, sun-mul berarti hadiah untuk teman. Tapi sekarang orang Korea Utara hanya menggunakan kata ini untuk Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Jadi hanya Kim Il Sung dan Kim Jong Il yang bisa memberikan sun mul kepada orang lain.” Selain kesulitan bahasa ini, para pengungsi juga bingung dengan masuknya kata-kata dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Korea Selatan yang dikenal sebagai Konglish. Seperti nama-nama produk teknologi modern. Bagaimana mungkin seseorang bisa menggunakan fax atau fotokopi dengan mesin Xerox kalau mereka tak pernah mendengar atau melihat barang-barang ini. Chae Su Jeong salah satu pembelot mengaku kesulitan belajar semua kata-kata baru ini. “Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan kamera. Di Korea Utara kamera disebut SAJINGI. Karena sekarang saya belajar bahasa Inggris, kehidupan sehari-hari saya semakin mudah. Tapi di universitas, saya tidak bisa mengikuti apa yang dikatakan para dosen dan mahasiswa karena mereka menggunakan begitu banyak kata-kata bahasa Inggris.“ Rezim Pyonyang tak hanya menghindari kata-kata bahasa Inggris dalam bahasa sehari mereka, tapi juga karakter bahasa Cina yang masih dipelajari di Korea Selatan. Karena itulah orang Korea Utara yakin, mereka menggunakan bahasa tingkat tinggi. Bahkanmereka yang sudah membelot masih berpikiran seperti itu. Seperti yang dikatakan Kim Seok Hyang.
 “Menurut para pembelot Korea Utara, mereka masih menggunakan bahasa yang asli dan ini cara mereka untuk melindungi orang Korea Utara dari hal-hal yang kotor di luar negerinya sendiri.” Yang dimaksud dengan hal-hal yang kotor tentunya adalah kata-kata dalam bahasa Inggris dan Jepang. Teman-teman Chae Su Jong mengatakan, ia telah kehilangan aksen Korea Utaranya. Tapi bagi Chae, ketika berbicara dengan pembelot lain atau ketika menggunakan bahasa itu, ia langsung teringat dengan kampung halamannya. Padahal sebelumnya ia tak meyangka bisa meninggalkan tempat itu. “Saya merasa nyaman ketika bertemu dengan orang-orang asal Korea Utara. Saya bisa langsung menggunakan aksen Korea Utara saya. Saya masih canggung dan merasa terpaksa berbicara seperti orang Korea Selatan.“
Note: "Nah itu tadi sedikit ulasan mengenai perbedaan bahasa korsel dan korut..
Smoga bermanfaat..^^
Please coment?:D"
Ditulis oleh Jason Strother

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkebunan Jeruk di Pulau Jeju Korea Selatan

Drama, Film Korea, MV merupakan salah satu sarana yang dapat memperkenalkan budaya bangsa korea beserta keindahannya. Setelah banyaaaak sekali aku menonton drama korea, film, mv, cf dll itu aku jadi tau tempat-tempat atau hal-hal yang menarik khususnya berkaitan dengan tempat wisata di korea selatan. Oleh sebab itu pula, muncul keinginan untuk menulis salah satu lokasi yaitu perkebunan jeruk di Pulau Jeju. Kalo dari drama korea yang pernah kutonton dan masih kuingat banyak yang menjadikan perkebunan jeruk di Jeju ini sebagai lokasi syuting tapi agak lupa dramanya Tamra The Island,  Loving You, My Girl, lupaa.. XD Lepas dari drama korea, ketertarikanku menulis judul ini karena jarang sekali ada blog yang bahas soal pertanian di korea selatan, padahal seru lo karena pertanian memang seru dan tidak ada habisnya untuk dibahas.  Selain itu Korea Selatan ga hanya identik dengan K-POPnya aja, karena banyak hal menarik lain dan karena aku seorang lulusan pertanian jadi aku sangat p...

"Azalea" Flower si Korean Poetry

Beauty : Azalea Flower Sempat berjodoh dengan Azalea flower : Aku baru menyadari kalau sebelumnya pernah melihat bunga ini di Kota Batu saat aku magang  dan bahkan aku sempat membawa benihnya (biji yang aku ambil langsung darii bunga) kubawa pulang dan kutanam di rumah. 4 hari kemudian mulai tumbuh tunasnya.  S aat itu aku tertarik menanam bunga itu di rumah karena sungguh terpesona dengan cantiknya si Azalea yang saat itu aku lihat tumbuh secara liar, terlihat sangat kuat dan indah walau dipinggir jalan. Aku pelihara tetapi kenapa semakin rapuh saja??? mungkin tidak cocok cuacanya,.Di daerah aku mengambilnya (Kota Batu Malang) cuaca cenderung sejuk dingin dan sinar matahari tidak tinggi seperti daerah tempat tinggalku. Selain itu, mungkin tanah dalam pot sudah tidak subur :/ . Oeh karena itu, cukup sedih ketika aku harus melihat bahwa si Azaleaku rapuh dan mati. (haha dan kayaknya kurang perawatan cz aku sering lupa :D) Keb...

My first Snow

Seoul. 5 Desember 20XX.  Sore itu jalanan dipenuhi dengan salju.   Orang-orang terus berjalan, diiringi jatuhnya butiran-butiran salju pertama dari langit. Salju yang turun dengan lembut tidak menghentikan aktivitas orang-orang sedikitpun. Mereka terus berjalan dan bahkan ada yang berlari untuk mengejar bus yang hampir berangkat. Tidak peduli sedingin apa suhu udara saat itu. Tampak pula beberapa pasangan kekasih yang terlihat bergandengan tangan dan menikmati salju yang turun. Ada sebuah kepercayaan di Korea bahwa pasangan kekasih yang sedang bersama pada saat salju pertama turun maka mereka akan bahagia bersama selamanya. Seoul kota yang sibuk, kota yang penuh dengan aktivitas, romantisme dan saat itu merupakan kota putih bersalju. Kota yang kala itu dihiasai ornamen-oranamen untuk menyambut Natal putih yang anggun. Deen terus berjalan di bawah hujan salju yang dingin. Baginya butiran salju adalah suatu berkat yang tak ternilai seperti bintang yang berjatuhan...